Maret ini dan kedepan mugkin menjadi hari-hari “berat” bagi sebagian anak nagari Kotogadang. Terlebih bagi keluarga yang merasakan langsung akibat musibah  Gempa Bumi yang melanda  Nagari kita tersebut. Atau  keluarga yang masih tetap bertahan ditenda-tenda darurat akibat trauma atau memang karena kondisi rumah yang tidak layak lagi untuk ditempati.

Tak dipungkiri bantuan dan perhatian dari pemerintah maupun dermawan untuk para korban telah sampai bahkan mungkin ada yang masih dalam perjalan atau dalam tahap rencana untuk sampai ketangan para korban bencana. Dan kami yakin Masjid Nurul Iman Kotogadang akan medapat tempat tersendiri disanubari mereka-mereka yang masih merindukannya. Kenapa tidak.. diruang itulah kita sepakat dan memohon perihal yang sama tak terkecuali mereka yang berpangkat atau rakyat yang mempunyai tingkat ekonomi paling bawah sekalipun .dan alangkah sajuaknya dalam kiro-kiro, jika kita berencana untuk mendirikannya masih dalam koridor “kebersamaan”.

Tak terhina rasanya jika kita mau meminjam istilah petinggi negri ini,”bersama kita bisa” atau memang kesombongan sudah lebih berkuasa pada derita penduduk Nagari ini, Semoga “Kotogadang Bukan Sembarang Kampung” (petikan Tulisan RG.St Sinaro “doa anak nagari”) benar adanya dalam artian yang sebenarnya merupakan tugas kita bersama. Namun menuju hal tersebut hanya bisa dilakukan ketika ada komitmen yang sama untuk bersatu. Tidak semata dalam teritorial negara dan rasa kebangsaan, tapi harus diwujudkan pula dalam praktek Revitalisasi Pasca Bencana untuk kampung kito. Dari segenap potensi yang ada akan dapat dengan lancar mengelola ,mengembangkan dan memberi makna bagi kebersamaan itu sendiri. Semoga…

Pikirkanlah ini untuk kebaikan bersama..... 

Wassalam,

Sarok Tapi