Ninik Mamak Intelektual

BAGIKAN:

facebook twitter pinterest line whatapps telegram

Oleh admin
Rabu, 13 Desember 2006 11:37:07 Klik: 157

 Oleh Marthias D Pandoe, Wartawan Senior

 
KALAU ada gelar penghulu yang sudah lamo talatak, pusako lamo nan talipek, mati batungkek budi atau pun iduik bakarilahan, maka apabila kondisi dan situasi sudah mengizinkan, diangkat penggantinya. Calon dipilih secara demokratis oleh seluruh anak buah yang akil-baligh lelaki-perempuan di bawah payung panji beliau. 
 
Talipek, karena payung panjinya sudah lama wafat. namun belum ada tampak pengganti yang patut, atau belum punya biaya untuk alek malewakan dimuka masyarakat luas, di medan nan balindung atau di medan nan bapaneh. 
 
Iduik bakarilahan, artinya penjabat lama masih hidup, tetapi sudah uzur fisik dan pikirannya. Tidak dapat lagi menjalankan fungsinya sebagai pengulu, tidak bisa ikut rapat-rapat di balairung, untuk menyumbangkan pikiran memecahkan berbagai masalah adat yang timbul dalam negari. Dan tidak dapat pula hadir dalam sidang-sidang rutin Kerapatan Adat Nagari (KAN). 
 
Akhir-akhir ini atau sudah sejak lama terjadi kecenderungan di negeri kita, penghulu-ninikmamak yang diangkat berasal dari orang-orang ternama, lebih-lebih yang memegang posisi di berbagai lembaga pemerintah, perguruan tinggi atau pengusaha sukses, kendati nyaris tidak sering berada di tengah-tengah anak kemenakan. Malah ada yang diangkat mereka yang sudah pensiun berusia sekitar 60 tahun yang berarti tidak melakukan peremajaan di kalangan pemangku adat. 
 
Maaf, akibat lama merantau maka diantara calon-calon tersebut banyak yang tak mengetahui siapa siapa saja kemenakan yang akan dipayunginya baik yang menghuni kampung maupun yang berpencar di rantau .Tidak tahu pula dia siapa rang sumando dan kerabat lainnya. Maaf lagi, sebagian calon penghulu, tidak mendalami seluk beluk adat Minangkabau. Paling-paling cuma mengetahui kulit luar saja. 
 
Menurut prosedur normal calon untuk jadi pemimpin kaum itu dirundingkan masak-masak, dicaliak suok-kida siapa yang patut dan mungkin. Ada yang mungkin, tapi tidak patut, atau ada yang patut, tapi tidak mungkin. Meski begitu, ada saja yang berambisi merebut kedudukan terhormat ini tapi sebaliknya ada pula yang menolak dan takut karena beban tanggung jawab-nya cukup besar.dunia akhirat. 
 
Pribadi calon harus mencerminkan nilai-nilai moral, berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia. Punya sikap sopan-santun dan bertutur halus. Karena adat basandi Kitabullah (agama), beliau wajib mengetahui mana yang haram dan mana yang halal, mana yang ma’ruf dan mana yang mungkar. Sjara’ mangato, adat mamakai. Aturan atau ajaran agama dibawa ke dalam adat. Beliau tidak jadi pemimpin anak buah di bawah payungnya saja, tapi juga secara otomatis berperan sebagai pemimpin masyarakat. 
 
Beliau duduak samo randah tagak samo tinggi bersama rekan-rekan sesama penghulu. Beliau ditinggikan serantiang dan didahulukan selangkah. Artinya tidak jauh dari anak kemenakan yang beliau pimpin. Hanya selangkah saja di depan atau seranting saja di atas. Beliau dihormati, datang bajapuik, pulang baantakan. 
 
Beliau tinggi tampak jauh, gadang jolong basuo. Dianjuang tinggi, diambak gadang. Kayu gadang di tangah padang. daunnyo untuak balinduang, batang tampaik basanda, urek tampaik baselo. Tampaik mangadu sasak-sampik, biang nan ka manabuak, gantiang nan kamamutuih. Memelihara anak kemenakan, kok malam badanga-dangakan, siang baliek-like, kusuik nan kamanyalasaikan, karuah nan kapajaniah. Seandainya ada anak-kemenakan dilamar orang, beliau tempat baiyo-batido. Jika ada yang akan menggadaikan harta untuk sesuatu keperluan yang sangat mendesak, diminta persetujuan beliau. 
 
Apakah beliau yang dipilih dari kalangan intelektual yang selama ini merantau dan jauh dari lingkungan ranah bundo, memahami tugas dan kewajiban sebagai seorang penghulu? Anak-kemenakan justru membanggakan dan malagakkan penghulunya seorang cendikiawan bergelar akademik profesor, doktor dan sarjana lainnya jebolan perguruan tinggi. Tapi ini agaknya kebanggaan semu atau kebanggaan sesaat ! 
 
Celakanya beliau berada di tengah-tengah anak-kemenakan yang dikumpulkan hanya sebentar saja. sehari usai alek malewakan gelar datuknya yang membantai seekor kerbau.. Namun tidak menginvetarisir satu-persatu anak kemenakan. Tidak menanyakan siapa ibu-bapaknya, dimana sekolahnya, berapa usianya.Apakah sepupunya atau pun kemenakan jauh atau dekat. Banyak pula di rantau yang sudah kehilangan jatidiri dan tidak tahu sasok jaraminyo. Walau benar-benar kerabat dekat tapi satu sama lain merasa asing karena baru pertama kali duduak basamo. Tidak mengetahui pula rang sumando yang mengawini kemenakannya. 
 
Akibat lama merantau beliau tidak mengetahui lagi harato pusako tinggi, untuk diwariskan turun-temurun, tidak tahu dima pandam pakuburan kaumnyo, dima tunggua panabangannyo, dima sawah nan bapimatang, dima ladang nan bibintalak. Kesempatan pertemuan itu cuma ajang perpisahan karena pengulu baru ini tagageh baliak ke rantau, mancari paruik nan indak barisi, pungguang nan indak basaok. Untung beliau masih mempunyai etiket pamit: Pulang tampak muko, pai tampak pungguang. 
 
Hanya satu kali menginjak balairung adat waktu gelarnya dilewakan di medan nan balinduang. Ketika disambah dalam pidato adat, beliau ngangak-ngangak-i. Tak bisa membalas sambah.yang dititahkan kepadanya, apakah disini asal kata ninik-mamak menjadi ninik-ngangak ? 
 
Dia kembali ke rantau, diiringi layuanyo gaba-gaba daun karambie. dan turunnya marawa.tiga warna, hitam lambang ninikmamak, merah lambang ulama, dan kuning lambang cadiakpandai. Tigo tungku sajarangan dalam unsur kepemimpinan tradisional Minangkabau. Tenda pamedanan untuk baralek pun sudah dibuka, dandang dan pecah-belah yang dipinjam telah dikembalikan kepada pemiliknya. 
 
Di tungku api pun sudah padam dan puntung telah hanyut. Singkek permintaan, akhirnya beliau mangkat di rantau. Tanah rantau meminta jasadnya. Juaro indak ka pulang lai. Pitih lah kisai membiayai perhelatan. Pitih abih, tapi ndak mambao.. 
 
Bisakah ditarik pengalaman ini untuk mengangkat pengulu baru?.(*)
 
Sumber: Padang Ekspres
 
 
Berita Seni dan Budaya Lainnya

Video Pilihan


Nagari Koto Gadang, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, ...

RUMAH-RUMAH NAN INDAH DI KOTO GADANG