Gempa 1926

BAGIKAN:

facebook twitter pinterest line whatapps telegram

Oleh ynafri
Senin, 19 Maret 2007 17:11:56 Klik: 273

Admin: Sekedar mengingatkan kembali agar kita dapat belajar dari sejarah bahwa Kotogadang dimasa lalu mampu bangkit kembali setelah mengalami musibah seperti yang dialaminya saat ini. Marilah kita sebagai anak nagari baik yang berada di kampung maupun dirantau bahu-membahu membangun nagari yang kita cintai .

GEMPA

Pada tanggal 28 Juni ’26 kira-kira pukul 10 siang kejadian gempa besar di negeri kita Kota Gedang. Ketika itu amatlah teremparnya seisi negeri gedang kecil berpekikan dan bersusah pikiran karena sebab gempa itu banyaklah merugikan, kerugian bagi seisi negeri; sebab banyak rumah-rumah yang terbuat dari batu dan tembok menjadi rusak binasa tidak bisa dikediami lagi, demikian lagi mesjid Jum’at yang sudah berusia kira-kira 80-90 tahun semasa Inyik Basa menjadi Tuanku Laras di IV Koto, terdirinya sekarang menjadi runtuh dua pihak dari dindingnya yang selainnya rengkah-rengkah dan ratak-ratak belaka, boleh jadi yang menjadikan tidak runtuh karena di dalamnya empat buah tonggak batu yang belum berapa lama diganti sebab dahulunya memakai tonggak-tonggak kayu saja, oleh karena kekuatan tonggak yang empat buah itu menjadi tertahan runtuhnya, begitu juga menara yang di muka mesjid tersebut rengkah-rengkah belaka, surau mudik dan surau dihilir rengkah-rengkah juga tiada bisa dimasuki dan suraunya Angku Haji Abdullah dihilir rubuh sama sekali rata dengan tanah. Dan lagi mana-mana rumah-rumah, dapur-dapur, janjang-janjang dan kulah-kulah yang terbuat daripada tembok boleh dibilang sama sekali berasa tiada bisa dipakai lagi, supaya engku-engku pembaca dan sanak saudara yang tinggal di rantau yang tiada sempat melihati hal kesusahan penduduk negeri kita Kota Gedang dengan inilah engku-engku akan mempersaksikan dibawah ini kami salinkan penafsiran pamarintah tentang kerugian masing-masing orang yang mempunyai dan memakai yang terbuat daripada batu dan tembok; boleh dibilangkan rata-rata mendapat kerugian dan lagi mana-mana yang tiada memakai perkakas batu dan tembok itu tiadalah berapa berbahaya, hanyalah seolah-olah kerugian dari barang-barang di atas rumah yang rebah dan berpelantingan jatuh seperti dari atas meja dan lemari pada rebah, yang mana isinya banyak yang menjadi pecah dan rusak-rusak, sungguh pun ada disalinkan sebagaimana penafsiran pamarintah barangkali ada juga sebuah-sebuah tertinggal atau barangkali mereka yang punya tiada memberi rapport tapi boleh dibilang paling sedikit yang tiap-tiap rumah itu tafsiran kami menanggung kerugian juga sekurang-kurangnya f 30 ke bawah, hal ini semata-mata sudah takdir daripada Tuhan Subhanawata’ala melainkan kita perbanyak sabar mudah-mudahan segira berganti untung-untung dengan karena bahaya ini terlimpahlah kemurahan hati sanak saudara dan kaum-kaumnya dari yang kena bahaya ini memberi dan mengirimi buat pengganti dan pembuat segala perabot-perabot yang binasa itu Pada malamnya karena acapkali juga dirasa tanah bergoyang menjadikan banyak kuatir dihati segala penduduk akan naik dan tinggal di dalam rumah menjadilah segala mereka bertempat dimana-mana lapangan dan dalam parak-parak yang dirasa tiada berbahaya, itupun adalah beberapa hari lamanya ninik mamak penghulu-penghulu dan orang tua-tua meronda setiap-setiap malam itu buat menjaga keselamatan anak kemenakannya, sebab meingat yang segala marika gedang kecil laki-laki perempuan berdiam di dalam pondok-pondok yang berdindingkan ambun dan angin, melihat keadaan yang sedemikian itu berapa sedih dan berurailah air mata kita mengenangkan segala perasaan segala kaum-kaum kita itu; dan pada siangnya di dalam panas yang terik buat bersediakan makan dan minumnya disertai juga dengan ratap dan tangis segala marika; dan lagi yang menjadikan sedih di hati kita segala barang maka nan amat susah pula didapat sebabnya karena di negeri kita kebiasaan barang makanan sayur-sayuran datang dari luar negeri dan dibeli ke pakan-pakan apa mau di kita tiap-tiap hari pakan tiada orang yang berjualan karena di negeri mereka penjual itu sedemikian itu pula, atas bahaya gempa itu segala harga barang yang dipakai setiap-setiap hari menjadikan mahal pula sebab jalan-jalan yang dilalui kereta api dan pedati telah rusak-rusak pula seperti garam, minyak tanah sampai menjadi lipat dua dan lipat tiga harganya; seperti di Bukit Tinggi adalah dijaga dengan keras oleh pemerintah supaya saudagar-saudagar tiada menaikkan harganya.

Maka melihat perhitungan ini mendidihlah keringat kita, di tahun mana musim pabilakah rasanya dapat terdirikan kumbali sekalian rumah-rumah, dapur-dapur, janjang-janjang dan kulah-kulah sekalian itu, tapi sungguh pun demikian berdoalah kita, mudah-mudahan terbukalah pintu rezki sekalian kaum-kaum kita dan berhati rahimlah marika itu buat pembantu seisi negeri dan tanah airnya.

Masjid

Hal keadaan masjid sangat benarlah menyedihkan hati kita karena tiada bisa ditempati sembahyang berjum’at, sungguh pun ada dua-tiga buah Surau yang lain lebih bergandalah daripada masjid itu kerusakannya, oleh sebab yang demikian itu tempat bersembahyang jum’at di tengah padang (sebelah kiri panggung Medan Muda Setia) di tapi lebih-lebih lagi melihat keadaan yang secara ini berdangusanlah segala yang hadir dengan bercucuran air mata, apalagi melihat dan mendengarkan doanya Tuanku Imam (Angku Haji Abdul Chalik) sesudah bersembahyang itu dengan meuraikan airmata sekalian, maka sekalian orang-orang yang berdakatan dengan beliau sudah sedemikian itu pula. Mengenangkan keadaan ini telah bergiat hatinya angku-angku pensiun dan ninik mamak penghulu-penghulu dan sanak saudara orang cerdik pandai beserta tuanku Imam Chatib dalam negeri kita bermaksud hendak melalukan permintaan membuat sebuah list akan dikirim kepada segala angku-angku yang makan gaji, supaya beliau ini akan bermurah hati memberi derma untuk pendirikan masjid pengganti Masjid Jum’at yang telah rusak binasa ini, dengan mendirikan Comite untuk Masjid Jum’at, masjid dihilir, dan di mudik beserta kantor negeri dan panggung Medan Muda Setia yang telah habis binasa itu, mudah-mudahan apabila engku-engku itu telah menerima list itu, dengan segala suka dan senang hatilah handaknya memberi derma itu supaya engku-engku itu tersebut namanya yang cinta tanah air tumpah darahnya serta membela nama kabaikan mendirikan kembali masjid yang telah runtuh binasa itu apalagi hal keadaan negeri kita selalu didatangi oleh orang-orang bangsa asing, boleh dikata di dalam setiap-setiap pakan jaranglah yang tiada kelihatan auto-auto dari residensi-residensi lain datang mengunjungi negeri kita, jika tak kunjung kita ikhtiarkan mendirikannya tentulah berasa segan dan malu benarlah kita kepada orang luaran itu, karena mereka-mereka tentu mengetahui yang anak negeri Kota Gedang banyak yang berpencarian karantau asing adanya.

Sumber: Soeara Kota Gedang. No. 7 Tahun ke XI. Juli 1926.

 
Berita Kaba Kampuang Lainnya

Video Pilihan


RUMAH-RUMAH NAN INDAH DI KOTO GADANG

Nagari Koto Gadang, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, ...