Tentang Kotogadang |
A.
Sejarah Nagari
Kotogadang Nagari
Kotogadang merupakan salah satu dari 11
nagari yang terletak di Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam. Asal usul
Nagari
Kotogadang menurut sejarahnya dimulai pada akhir abad ke-17, dimana
ketika itu
sekelompok kaum yang berasal dari Pariangan Padangpanjang mendaki dan
menuruni
bukit dan lembah, menyeberangi anak sungai, untuk mencari tanah yang
elok untuk
dipeladangi dan dijadikan sawah serta untuk tempat pemukiman. Setelah
lama berjalan, sampailah di sebuah bukit
yang bernama Bukit Kepanasan. Disitulah mereka bermufakat akan membuat
teratak,
menaruko sawah, dan berladang yang kemudian berkembang menjadi dusun.
Lama
kelamaan, dikarenakan anak kemenakan bertambah banyak, tanah untuk
bersawah dan
berladang tidak lagi mencukupi untuk dikerjakan maka dibuatlah empat
buah koto.
Bercerailah kaum-kaum yang ada di bukit tersebut. Dimana 2 penghulu
pergi ke
Sianok, 12 penghulu dan 4 orang tua pergi ke Guguk, 6 penghulu pergi ke
Tabeksarojo, dan 24 penghulu menetap di Bukit Kepanasan. Karena penghulu
yang
terbanyak tinggal di koto tersebut maka tempat itu dinamakan Kotogadang.
Itulah nagari – nagari awal yang membentuk daerah IV Koto. Kaum
- kaum yang datang bersama ini kemudian
membangun pemukiman dan bernagari dengan tidak melepaskan adat
kebiasaan
mereka. Dengan bergotong royong mereka membangun rumah-rumah gadang,
sehingga
sebelum tahun 1879 banyaklah rumah gadang yang bagus berikut dengan
lumbungnya.
Pada tahun 1879 dan 1880 terjadilah kebakaran besar sehingga
memusnahkan
perumahan-perumahan tersebut. Penghidupan
orang Kotogadang sebelum Alam Minangkabau
berada dibawah pemerintah Hindia BelandaÂ
iyalah bersawah, berladang, berternak, bertukang kayu dan
bertukang
emas. Dimana pekerjaan bertukang emas anak negeri sangat terkenal di seluruh
minangkabau.
Dikarenakan perkembangnya penduduk sehingga hasil yang diperoleh dari
persawahan tidaklah mencukupi lagi, mulailah orang Kotogadang pergi
merantau ke
negeri lain seperti Bengkulu, Â Medan dan lain-lain. Setelah
pemerintah Hindia Belanda memerintah Alam
Minangkabau, Kotogadang dijadikan ibu nagari dari Kelarasan IV Koto.
Dibuatlah susunan pemerintahan yang baru dengan Tuanku
Lareh sebagai
pemimpin yang memerintah di kelarasan IV Koto dan Penghulu Kepala sebagai
pemimpin pemerintahan nagari. B.
Suku
Penduduk
yang telah bermukim itu tersusun
berdasarkan suku
dan kaum , dipimpin
oleh Penghulu Suku yang disebut Datuk. Kotogadang terbagi atas empat
suku
yaitu:
Kaum – kaum ini dinamakan Sikumbang
nan Salapan HinduÂ
Kaum – kaum ini dinamakan
Koto nan Tujuah ParuikÂ
Kaum – kaum ini dinamakan Guci
/ Piliang nan Anam PanghuluÂ
Kaum – kaum ini dinamakan Caniago
nan Tigo Ninik Jurai Jurai dibagi atas tiga :
Itulah sebabnya dikatakan Kotogadang
nan tigo jurai nan ampek suku |